ANAKKU, PRIA SIMPANANKU ~ AQIDAH FILSAFAT UIN SGD BANDUNG

ANAKKU, PRIA SIMPANANKU

Kamis, 29 November 2007

Ratna, harus hamil tanpa seorang suami. Orangtuanya yang kaya dan dihormati, harus memikul rasa malu, akibat kecerobohan anaknnya. Padahal mereka telah menjodohkannya dengan seorang pria, anak dari temannya. Keluarga pria menerima perjodohan tersebut, walaupun dalam kondisi hamil. Namun keduanya sepakat, untuk menunda pernikahannya, disamping menunggu kelahiran si cabang bayi.
Akhirnya Ratna melahirkan, ia pun pingsan akibat kelelahan. Namun si jabang bayi lahir dalam kondisi sehat dengan berjenis kelamin laki-laki. Pada saat itu, kedua orangtuanya mengambil si bayi, tanpa sepengetahuannya, dan menyerahkan bayi itu kepada saudaranya agar dirawat.

Ratna pun mulai membuka kedua matanya, menatap sekitarnya, dan membalas senyuman orangtuanya, yang tersenyum bahagia akan kondisi Ratna yang mulai membaik. Luput dari perhatian itu, ia pun bertanya akan kondisi anak yang ia lahirkan.
“Bagaimana keadaan anakku bu”? Tanyanya.
“Anakmu tidak terselamatkan dan meninggal, sewaktu dilahirkan”. Jawab ibunya.
Tidak terlihat keceriahan di wajah Ratna. Ia lebih banyak berdiam diri, meneteskan airmata, sedih akan musibah yang menimpa anaknya. Setelah menikah, orangtuanya menganjurkan untuk tinggal diluar negeri. Dengan harapan kesedihannya dapat terobati. Duapuluh tahun lamanya, akhirnya keduanya kembali ke Indonesia.
Andi telah tumbuh dewasa, menjadi anak yang baik dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Ia tinggal bersama orangtua asuh, yang ia kenal sebagai orang tua kandungnya. Hari-harinya digunakan untuk berjualan, memenuhi kebutuhan hidup keluarganya yang pas-pasan. Disamping itu pun ia harus membagi waktunya untuk menggapai cita-cita dan karirnya.
Sedangkan Ratna yang biasa hidup bebas, mulai kesepian dengan kesendiriannya, suaminya yang bekerja hingga larut malam, tidak bisa menemaninya terlalu lama. Sehingga ia pun bosan, mencari suasana untuk mengobati kesendiriannya, berkumpul bersama teman-teman seusiannya.
Suatu ketika, Andi harus mengahadapi masalah yang sangat besar. Penyakit ayahnya mulai kambuh dan harus dioprasi. Untuk itu, ia harus mencari uang yang cukup besar jumlahnya, untuk biaya oprasi. Andi merasa bingung, hendak kemana ia menari uang yang begitu besar dalam waktu yang sangat singkat. Akhirnya ia mengambil inisiatif untuk menemui temannya, yang selalu membantunya dalam kondisi seperti itu. Disamping itu, ia tahu bahwa temannya Aldy sangat mudah mendapatkan uang yang besar jumlahnya dalam waktu yang sangat singkat.
Andi bertemu dengan Aldy, mencoba menanyakan tentang pekerjaan, dan menjelaskan untuk apa ia butuh pekerjaan. Aldy pun menjelaskan mengenai pekerjaannya sebagai gigolo “lelaki penghibur”, yang pada akhirnya Andi pun menjadi terjerumus. Karena dengan itu, ia berpikir dapat menghasilkan uang yang banyak, tanpa waktu yang lama.
Dalam sebuah arisan, Andi dipertemukan dengan tante-tante “Ratna” yang tiada buka adalah ibu kandungnya sendiri. Keduanya pun tidur bersama-sama dalam satu kamar, di sebuah hotel, mengerjakan sesuatu, seperti layaknya suami istri. Hampir setiap minggu mereka bertemu, melakukan apa yang seperti biasa mereka lakukan.
Suatu ketika nenek sekaligus orang tua Ratna, mengunjungi saudaranya yang mengasuh dan membesarkan Andi. Dan bermaksud mempertemukan Andi dan ibu kandungnya “Ratna”. Keduanya pun (Andi dan Ratna) diundang di sebuah hotel, tanpa diberitahukan apa maksud dari undangan itu.
Setelah keduanya datang, disamping keluarganya yang lain, Andi dan Ratna kaget, saat keduanya duduk berhadapan. Andi teroma, saat orangtua asuhnya mengatakan bahwa Ratna adalah ibu kandungnya. Andi keluar, menangis sambil menjerit seperti menyesali sesuatu. Tak bisa memaafkan dirinya, Andi bunuh diri, melompat dari atas hotel. Sedangkan ibunya “Ratna” menjadi gila.