Di atas hitamnya jalan aspal
Seorang kakek tua berjalan
Menarik gerobak kayu berat tak-terkirakan
Dengan megapit dua penarik roda
Tangannya bergetar
Mulutnya tak "diam'
Bergetar, bergetar, bergetar
Gerakan bukan diperintahkan
Sepasang kaki bengkok berhadap-hadapan
Berjalan bersampingan dengan putaran roda kendaharan berharga milyaran
Menginjak, menginjak tanpa alas atau pembatas
Panas-panas, panas.
Untaian kata seolah tak dapat di sewa seandainya dunia bisa
Bahasa tak mewakili apa yang dirasa
Tanda seolah-olah bukanlah simbol atas apa yang ada
Mata tak dapat menucurkan air tanda derita
Jiwa serasa tak merasa atas apa yang ada
Tak sangup, tak sangup, tak sanggup
Melihat apa yang ada
Di sini, di sini
Di tempat yang dianugarahi sang dewata
Mengapa, yang ada adalah neraka
Di sini, di sini
Di tempat agama-agama terbesar ada
Mengapa yang ada adalah durjana
Di sini, di sini
Di tempat terkaya di dunia
Mengapa yang ada adalah sengsara dan derita
Di sini, di sini
Di tempat, bernama bangsa
Yang seharusnya adalah kita
Mengapa yang ada hanyalah mereka bahkan dia
Di sini, di tempat ini
Yang seharusnya ada adalah tidak ada
Mungkin, dia, dialah yang mampu menerima kenyataan dunia
memperjuangkan derita tanpa bergantung kepada Dia
dia, dialah kakek tua renta
Bangga atas apa yang diterima
dia adalah dia
Tidakkah, aku atau kita bercermin pada dia
Kalu tidak, tidak kah aku atau kita adalah raga tanpa jiwa
Bahkan orang gila
KAKEKTUA
Kamis, 22 November 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tutorial komen in English dan Tutorial komen in Indonesia